Serius dalam Permainan

21 06 2014

Hidup itu memang permainan, sayang. Tak lebih dari semacam permainan yang di dalamnya terdapat Aturan permainan/Rules of Game dan Durasinya/Time of Play. Ah, Seperti Sepakbola!

Namun setiap pertandingan sepakbola tentulah harus disertai keseriusan; Berlarilah dengan penuh hasrat, giringlah bola dengan keseriusan, melompatlah sepenuh hati, lakukan tekel dengan sungguh-sungguh, amankan bola dalam pelukan atau tepislah sejauh mungkin menjauhi gawangmu (Ah, tentu ini hanya jika kau berperan sebagai penjaga gawang).

Bahkan kekalahan yang indah sekalipun adalah kekalahan yang di dalamnya terdapat proses serius untuk menjadi pemenang, bukan?

Laiknya seorang pelawak yang total berkreasi akan melahirkan lawakan yang menghibur-atau paling tidak memberi kepuasan berproses-bagi pelakunya.

Laiknya pemain Reog yang serius akan mampu mengangkat bobot tak masuk akal hanya dengan gigi-gigi yang ditopang tulang leher tak seberapa besar itu.

Laiknya Tuhan yang memberi mandat kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut merah sebelum terbelah;
atau mendinginkan Api ketika Ibrahim dibakar hidup-hidup;
atau membuat kekuatan ketapel Daud berlipat-lipat saat membidik Goliath;
atau ketika Sunan Bonang membuat kelapa yang ditunjuknya menjadi emas ketika berjumpa Raden Said;
Demi Tuhan, seriuslah!

Tanpa ngeden yang maksimal, kau akan gagal berak. Tanpa totalitas dalam nyingsring, ingusmu itu nggak mau keluar. Tanpa keseriusan dalam setiap tarikan nafas, pernafasanmu tak akan baik. Dan setiap bahan mentah yang baik haruslah diseriusi prosesnya agar menjadi masakan yang baik untuk pelahapnya.

Monggo lanjutkan logika sederhana ini ke dalam seluruh aspek, kemudian katakan padaku hal apa yang tak perlu diseriusi? Bahkan ketidak-seriusan itu sendiri harus diseriusi agar hasilnya maksimal, bukan?

Maka seriuslah untuk menjadi Manusia; seriuslah untuk memulai, mengakhiri, memanjat, menuruni, mengangkat, menanam, menjatuhkan, beragama, bermusik, berkendara, berpaling, berjanji, bersumpah, bermain, mengundang, menjamu, menolak, mengiyakan, mengajak, menjadi anggota DPR, menjadi pasangan suami-istri, menjadi paman, menjadi presiden, menjadi penjual gado-gado, menjadi orang tua… dan seterusnya..

Seriuslah dalam berproses, karena setiap kehidupan itu sendiri punya durasi permainan yang terbatas. Dan kau tahu, hidup tak dapat menunggu.

Maka seriuslah.

lifes

*) gambar dariĀ sini