Sunyi

23 05 2015

Berdekatankah kita sedang rasa teramat jauh?
Tapi berjauhankah kita sedang rasa teramat begini dekat?
Seperti langit dan warna biru
Seperti sepi menyeru
Oh, Kekasih, Kau kandung aku
Kukandung Engkau
Seperti mengandung mimpi
Terendam di kepala
Namun sayup tak terhingga
Hanya sunyi mengajari kita untuk tak mendua..
Untuk tak mendua..

(Narto Piyul)

Pertama kali saya mendengar sepenggal puisi ini dibacakan beberapa bulan lalu di forum bulanan Kenduri Cinta, dan praktis memaksa saya untuk mencari tahu sisanya. Jujur saja, untuk orang awam seperti saya, puisi karangan mas Narto Piyul ini jauh lebih terasa ‘Religius’ atau ‘Islami’ (Kalau memang harus disebut demikian) ketimbang artikel-artikel yang banyak menebar kebencian dengan kepentingan golongan tertentu yang belakangan justru banyak dipublikasikan oleh sedulur-sedulur di dunia maya.

Yup!, sejenak kita lupa betapa Tuhan sangat bermurah hati dan penuh cinta, setiap detiknya, tanpa kita sedikitpun dapat membalasnya. Kita terlalu sibuk adu otot dan argumen untuk hal yang sebenarnya hanya Tuhan-lah yang memiliki ilmu dan hak prerogatif untuk membenarkan atau menyalahkan.

Maka wahai Tuhan pemilik kebenaran, maafkan kami yang terus-menerus melupakan kesunyian sejati yang bermuara padaMu..


Actions

Information

One response

15 06 2015
amathonthe

Keren

Leave a comment